Selasa, 07 Oktober 2008
Lukisan Sepi
Lukisan Sepi
Sepi tak selamanya sunyi
Dalam sepi kadang kutemui diriku sendiri
Dalam sepi kadang membelai nurani
Sepi ku indah malam ini
Sepi ku tak hitam kali ini
Pelangi mewarnai sepi
Seusai derai rintik hujan dari mata ini
Luas lepas tak berbatas dalam lamunan sepi
Diriku bermakna dalam sepi
Tuhanku menjamah dalam sunyi
Aku damai sesaat kala sepi
Tak peduli gonggongan mereka
Yang kadang tak mengerti
Tak mengerti akan makna sepi
07 2008 oktober
Derai Hujan sore ini
Derai Hujan sore ini
Sayu matamu masih menyisakan kejantanan yang tersirat
Bukan sekedar tuntutan lakon pementasan
Atau sekedar tugas harian yang melalahkan
Ini murni dari alam yang menempamu perlahan
Bukan dengan kekerasan
Bukan dengan hukuman
Tapi dengan senyum hangat
Menjadi sarapanmu setiap saat
Tak membuatmu kenyang karenanya
Dibalik kokohnya pohon pantai
Tercipta lembuatnya tarian daun kelapa
Tak mengurangi pesona yang ada
Bagi yang tak menatap sebelah mata
Keindahan itu tetap ada
Mewarnai alam raya
Dirimu ada
Melahirkan karya-karya
Dengan rasa yang memang berbeda
Alam masih menatapmu ceria
Karena, kejantanan itu tersirat
Dalam derai hujan sore ini
Martapura, 7 Oktober 2008
Subuhku di Pasar Terapung
Subuhku di Pasar Terapung
Subuhku penuh kebisingan
Tanpa keheningan dan kelelapan tidur
Diwarnai oleh lalu lalang pedagang
Buah-buahan dan sayuran
Kala sebagian orang masih terbuai mimpi
Aku mengayuh jukung ke muara
Dengan ketulusan
Dengan keoptimisan
Berharap hari ini Rejeki masih bersamaku
Menjajakan kue-kue titipan orang
Aku mengayuh lagi
Aku yakin mereka menantikanku
Menanti kue-kue daganganku
Besok,
Subuhku masih seperti ini
Masih dengan jukung
Dan masih di Pasar Terapung
Tanpa keheningan dan kelelapan tidur
Diwarnai oleh lalu lalang pedagang
Buah-buahan dan sayuran
Kala sebagian orang masih terbuai mimpi
Aku mengayuh jukung ke muara
Dengan ketulusan
Dengan keoptimisan
Berharap hari ini Rejeki masih bersamaku
Menjajakan kue-kue titipan orang
Aku mengayuh lagi
Aku yakin mereka menantikanku
Menanti kue-kue daganganku
Besok,
Subuhku masih seperti ini
Masih dengan jukung
Dan masih di Pasar Terapung
Cahaya Martapura
Cahaya Martapura
Bukan Intan yang berkilau itu
Terang dan Benderang
Terpancar ke seluruh Negri
Sekali lagi ini bukan Intan
Berduyun-duyun mereka datang
Menuju titik Cahaya yang masih benderang
Bukan Benda
Kilau Intan tak mampu mengalahkannya
Apalagi hanya permata
Tak ada yang menandinginya
Kau Tau dimana Cahaya itu saudaraku
Ya, memang Martapura
Tapi Martapura yang mana
Sekumpul tepatnya saudaraku
Cahaya Martapura bersumber disana
Di Sekumpul
Kau pasti tau kenapa
Langganan:
Postingan (Atom)